Jakarta – Pajero Sport ringsek selesai menghajar truk tronton di Tol Binjai. Kecelakaan itu tewaskan 5 orang. Berikut pelajaran yang dapat diambil dari kecelakaan itu.
Kecelakaan maut terjadi kembali. Ini kali mengikutsertakan Pajero yang menghajar truk di Tol Binjai-Langsa. Dirlantas Polda Sumut Kombes Muji Ediyanto menjelaskan Pajero yang diisi 8 orang itu sebelumnya diperjalanan ke arah Aceh. Saat diperjalanan ada truk tronton bernomor polisi BL 8767 yang melesat dari yang masih sama.
Setelah tiba di lokasi peristiwa, persisnya di KM 28 A, pengemudi Pajero diperhitungkan tidak fokus sampai menubruk sisi belakang truk tronton itu.
‘
“Sopir mobil Mitsubishi Pajero BK 1886 AAX tidak fokus pada waktu menyetir kendaraanya dan tidak menyaksikan ada mobil truk tronton yang berjalan pada depannya. Selanjutnya menubruk sisi bagian belakang tronton, hingga terjadi lakalantas,” kata Muji d ikutip detikSumut.
Karena peristiwa itu, 5 orang wafat sementara tiga yang lain alami cedera berat. Dari kecelakaan itu, penting untuk selalu jaga fokus waktu berkendaraan. Pegiat keselamatan berkendaraan dari Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, menjelaskan waktu berkendara pengendara harus jaga konsentrasi kesiagaan, dan keadaan fisik.
“Dan ini sulit,” kata Sony baru saja ini.
Ia menerangkan untuk jaga fokus dapat didapat saat sebelum mengawali berkendara. Pertama dan paling penting, coba untuk memperoleh jumlah tidur yang memadai.
“Ini dapat diperoleh dari istirahat yang berkualitas awalnya,” tutur Sony.
Anjuran untuk selalu fokus waktu berkendaraan ditata dalam Undang-undang nomor 22 tahun 2009 mengenai Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 106 ayat 1.
“Tiap orang yang menyetir Kendaraan Bermotor di jalan wajib menyetir kendaraannya dengan lumrah dan penuh fokus,” demikian bunyi pasal itu.
Di lain sisi, kecelakaan menubruk belakang truk umum terjadi di jalan tol. Sisi ekor truk yang terbuka dan jarak tapak yang terlampau tinggi dapat tingkatkan fatalitas kecelakaan untuk pemakai jalan lain ada di belakang. Karena, saat menghajar truk dari belakang, kendaraan tentu masuk kolong dan kesempatan sopir selamat benar-benar kecil.
“Jadi jika berdasar data saya, truk permasalahannya tidak di depan tetapi ada di belakang. Jarak di antara sisi bawah truk dan aspal terlampau tinggi. Saat mobil belakang nabrak, karena itu fatalitasnya 99 % sopir tentu wafat, karena semua piranti keselamatan tidak akan bekerja,” kata Senior Investigator KNKT Ahmad Wildan.
Mencuplik keterangan Auto2000, ada banyak panduan yang dapat dilaksanakan untuk menghindar dari dampak negatif menubruk belakang truk. Pertama, kita harus memahami ‘kekurangan’ truk hal dimensi dan beratnya yang lebih besar. Truk bergerak lamban hingga perlu waktu untuk akselerasi dan pengereman, termasuk memerlukan ruangan yang luas saat manuver dan mempunyai blind spot yang luas.
Ke-2 , jauhi berkendara dengan agresif. Contohnya, berpindah jalur mendadak karena tidak sabar menanti mobil di muka kembali lagi ke jalur kiri. Permasalahannya, di samping kiri kerap ada truk yang melesat perlahan-lahan. Dengan ketidaksamaan kecepatan yang lebih tinggi, tanpa diakui mobil mendadak telah dekat sama bak truk. Dampak negatifnya besar sekali bila kita tidak berhasil memperhitungkannya.
Seterusnya yang ke-3 , taati batasan kecepatan di jalan tol. Jalan tol antara kota mempunyai batasan kecepatan minimum 60 km/jam dan optimal 100 km/jam. Di sejumlah lokasi, seperti wilayah riskan kecelakaan atau jalan pegunungan, kecepatan optimal menurun jadi 80 km/jam. Mobil yang terlampau cepat akan susah dikontrol dan beresiko bila di muka ada truk yang jalan lamban.
Paling penting untuk jaga jarak aman dengan kendaraan di muka. Kita harus sanggup menyaksikan kekuatan permasalahan dari truk di muka dan lakukan manuver menghindari saat diperlukan. Seperti saat ada truk yang tidak kuat naik. Termasuk mempunyai ruangan yang cukup buat lakukan pengereman bila diwajibkan kurangi kecepatan.