videoreviews.org – Tubuh Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP Kampus Airlangga (Unair) dipeti-eskan oleh faksi Fakultas karena dipandang memakai kalimat satire yang kurang cocok dalam karangan bunga untuk perkataan selamat ke Presiden dan Wakil Presiden dipilih Republik Indonesia saat pengukuhan.
Pembekuan ini tercantum pada surat nomor 11048/TB/UN3.FISIP/KM.04/2024 yang diberi tanda tangan oleh Dekan FISIP Unair, Prof. Dr. Bagong Suyanto, Drs., M.Sang., dan dikirimkan pada Jumat (25/10).
Dalam surat itu diterangkan jika tulisan dalam karangan bunga tidak menggambarkan norma dan kultur akademis di universitas. Disamping itu, penempatan karangan bunga di halaman FISIP Unair dilaksanakan tidak ada ijin dan koordinir dengan pimpinan fakultas.
Presiden BEM FISIP Unair, Tuffahati Ullayyah, mengaku jika faksinya sudah terima surat pembekuan lewat e-mail pada Jumat sore jam 16.13 WIB. Tetapi, sampai sekarang ini tidak ada info selanjutnya atau proses dialog dari faksi Dekanat.
“Kami cuma terima e-mail itu. Kami belum berjumpa dengan Pak Dekan karena yang tanda-tangani surat pembekuan ialah beliau,” tutur Tuffahati, Minggu (27/10).
Tuffahati menerangkan jika penempatan karangan bunga dengan elemen satir itu dilaksanakan sebagai bentuk kritikan. Dia mengutamakan jika BEM FISIP kini sedang menjaga rumor Hak Asasi Manusia (HAM). “Presiden sekarang ini mempunyai trek record yang jelek. Kami ingin sampaikan kreasi kami berbentuk satir lewat karangan bunga,” bebernya.
Karangan bunga itu terpasang oleh BEM FISIP Unair pada Selasa (22/10) jam 15.00 WIB di taman barat FISIP. Sekarang, karangan bunga itu tidak terpasang kembali di taman barat FISIP. Tuffahati mengatakan jika karangan bunga itu sekarang diletakkan dalam ruangan sekretariat BEM FISIP.
Menurut Tuffahati, di universitas tidak ada pembatasan untuk mahasiswa untuk berpikiran krisis. Tetapi, dia mengaku ada penekanan dari dekanat agar semakin waspada ingat peristiwa diplomatis sekarang ini. “Umumnya, dekan dan dosen sebelumnya tidak pernah larang kami untuk krisis. Karena mungkin momennya benar-benar diplomatis, menjadi kami disuruh lebih waspada,” jelasnya.
Saat ditanyakan apa pembekuan BEM adalah bentuk pemberangusan pada kebebasan bicara dan berekspresif, Tuffahati akui tidak dapat memberi jawaban tentu karena belum memperoleh info komplet dari Dekan FISIP. “Entahlah, saya tidak dapat menjawab. Karena saya belum memperoleh info dari Prof. Bagong,” bebernya.
Dalam pada itu, saat diverifikasi berkenaan argumen pembekuan BEM FISIP Unair, Dekan Prof. Dr. Bagong Suyanto cuma menjawab singkat, “Senin.” Dia mengatakan jika bakal ada tatap muka di antara faksi perwakilan BEM dengan Fakultas.