Berapakah Lama Kembali Kehidupan di Bumi Usai? Ini Ramalan Periset

author
1 minute, 55 seconds Read

Jakarta – Pertanda kiamat atau keruntuhan Bumi makin terang terpajang. Termudah ialah menyaksikan pemanasan global yang membuat Bumi makin lama makin tidak layak tinggal. Walau demikian, tidak ada yang mengetahui tentu kapan Bumi akan usai.
Namun, memerhatikan beberapa faktor, beberapa periset coba hitung berapakah lama nantinya Bumi akan sanggup bertahan. Kata beberapa pakar ke Live Science, Bumi bisa menjadi tidak layak tinggal untuk beberapa organisme dalam kurun waktu sekitaran 1,3 miliar tahun karena evolusi alami Matahari.

Kematian Matahari
Salah satunya faktor besar yang memengaruhi keberadaan Bumi ialah evolusi dari Matahari.

“Bumi mungkin mempunyai waktu 4,5 miliar tahun saat sebelum Matahari jadi raksasa merah besar dan menelan Bumi,” kata Ravi Kopparapu, periset planet di Goddard Ruang Flight Center, NASA.

Raksasa merah tercipta pada tahapan akhir evolusi bintang, saat bintang itu kekurangan hidrogen untuk bahan bakar fusi nuklirnya dan memulai mati. Demikian fusi stop, gravitasi akan menggantikan. Pokok helium mulai akan terkompresi karena gravitasi, yang hendak meningkatkan temperatur. Kenaikan panas itu akan mengakibatkan susunan plasma paling luar Matahari merekah mencolok.

“Matahari akan membesar minimal sebesar orbit Bumi,” lanjut Kopparapu.

Bumi dapat ‘tamat’ bisa lebih cepat
Tidak harus menanti 4,5 miliar tahun, Bumi dapat sentuh titik akhir lebih cepat. Saat planet ini menghangat saat Matahari beralih jadi raksasa merah, lautan akan menguap dan atmosfer akan lenyap.

Sekitaran 1,3 miliar tahun dari saat ini, manusia tidak sanggup bertahan hidup secara fisiologis di Bumi. Ini karena keadaan panas dan lembab yang terus-terusan. Dalam kurun waktu sekitaran 2 miliar tahun, lautan kemungkinan menguap saat luminositas Matahari nyaris 20% semakin tinggi dibanding saat ini, masih kata Kopparapu.

Sejumlah kehidupan mungkin bertahan, seperti ‘ekstriofil’ yang hidup di dekat sirkulasi hidrotermal di dasar laut, tapi tidak sama manusia.

Wet-bulb temperatures atau temperatur bola basah yang beresiko, di mana manusia tidak bisa kembali mendinginkan badan secara berkeringat, akan selekasnya terjadi. Batasan temperatur bola basah untuk manusia pertama kalinya diprediksikan sejumlah 35°C, tetapi riset terkini memperlihatkan temperatur bola basah serendah 30°C bisa mematikan.

Sejumlah tempat di Bumi sudah capai temperatur bola basah melewati 90°F (32°C) dalam beberapa peluang dan mode cuaca memprediksi temperatur 95°F (35°C) bisa menjadi peristiwa biasa di daerah seperti Timur tengah di akhir era ini. Pokoknya, gas rumah kaca yang kita punyai sudah memberikan ancaman kehidupan dan warga Bumi jauh saat sebelum Matahari mati.

“Bila kita bicara mengenai kehidupan manusia, 100 tahun di depan bisa menjadi hal yang memikat,” tandas Kopparapu.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *