Filosofi Jenang Sengkolo Malam Satu Suro Komplet dengan Resepnya

author
3 minutes, 12 seconds Read

videoreviews.org – Penggantian tahun dalam kalender Jawa yang diikuti malam satu Suro umumnya diisikan oleh beberapa warga secara beragam uba rampe atau peralatan adat. Satu diantaranya ada jenang sengkolo yang mempunyai filosofi tertentu.
Bukan hanya sedap saat dikonsumsi, ada arti dibalik kehadiran jenang sengkolo sebagai salah satunya sajian yang terkait dengan malam satu suro. Ini seirama dengan yang dikatakan dalam jurnal riset bertema ‘Menilik Adat Suroan Pada Warga Jawa di Kelurahan Sinar Mas’ yang diatur oleh Dedi Febriyanto, dkk., jika salah satunya sajian yang terdapat dalam adat Suroan ialah jenang sengkolo.

Kedatangan jenang sengkolo dalam adat Suroan atau malam satu Suro bukan tanpa argumen. Hal itu karena jenang sengkolo mempunyai filosofi tertentu yang simpan keyakinan untuk beberapa warga Jawa.

Lalu seperti apakah filosofi jenang sengkolo yang diputuskan sebagai sajian malam satu Suro? Sebagai langkah untuk mengenali dengan lebih dekat kulineran itu, detikJogja sudah meringkas infonya dengan detail. Dapatkan penuturannya lewat paparan ini.

Apa Itu Jenang Sengkolo?
Saat sebelum ketahui filosofi jenang sengkolo, tidak ada kelirunya untuk mengenali lebih dulu sajian sejenis jenang atau bubur yang ini. D ikutip dari buku ‘Kuliner Surakarta: Mencipta Rasa Penuh Nuansa’ oleh Murdijati Gardjito, dkk., jenang sengkolo sering disebutkan sebagai bubur merah dan putih. Selanjutnya jenang sengkolo ialah bubur merah yang di atasnya dituangkan bubur putih.

Dalam pada itu, dikatakan dalam jurnal ‘Eksplorasi Etnomatematika pada Adat Warga Jawa “Jenang Sengkolo” di Jember, jenang sengkolo ialah bubur merah yang di atasnya dikasih bubur putih. Umumnya di beberapa daerah di Jawa, jenang sengkolo disebutkan sebagai jenang abang putih. Pada umumnya, jenang sengkolo adalah salah satunya tipe bubur yang dibikin material dasar berbentuk beras dan santan.

Walaupun dinamakan bubur merah, sebetulnya warna dari jenang sengkolo condong coklat. Ini karena, pembikinannya memakai gula merah atau gula aren. Tidak sampai di sana, jenang sengkolo di beberapa daerah Jawa akan ditempatkan dalam suatu tempat dari daun pisang dan ditempatkan di persilangan jalan raya.

Filosofi Jenang Sengkolo
Lalu seperti apakah filosofi dibalik jenang sengkolo ini? Masih d ikutip dari jurnal yang masih sama, jenang sengkolo sebuah istilah yang dari bahasa Jawa tertulis “ngilangno barang sing olo”. Istilah itu jika ditranslate dengan bahasa Indonesia bermakna hilangkan suatu hal atau kasus yang jelek.

Selanjutnya kata sengkolo diambil dari kata “murwakala” yang memiliki makna hilangkan bala. Secara kultural, filosofi jenang sengkolo bisa diartikan sebagai sebuah usaha yang sudah dilakukan supaya bisa membuat perlindungan warga dari musibah atau peristiwa jelek yang dapat saja terjadi pada daerah itu.

Filosofi jenang sengkolo dikatakan pada sebuah jurnal bertema ‘Tradisi Malam Satu Suro di Ngebel Ponorogo: Study Etnografi Komunikasi’ yang diatur oleh Shella Syakhfiani, jika jenang sengkolo didatangkan sebagai usaha untuk menampik semua bala atau kejelekan.

Tidak cuma itu saja, filosofi jenang sengkolo bisa disaksikan pada pemakaian warna putih dan merah pada bubur itu. Jika merah dilukiskan sebagai Udara, karena itu Adam ialah sisi putihnya. Hal itu jadi lambang jika manusia asal dari Adam dan Udara.

Resep Jenang Sengkolo
Nach, untuk detikers yang ingin turut mencicip jenang sengkolo ini, ada resep yang dapat dipraktikkan sendiri di dalam rumah. Mengarah dari buku ‘Bubur Manis Nusantara’ kreasi Hindah Muaris, berikut resep jenang sengkolo selengkapnya.

Beberapa bahan
250 gram beras putih
1 ltr santan (1 butir kelapa)
500 mililiter santan (1 butir kelapa)
2 helai daun pandan
2 helai daun salam
1 sendok teh garam
200 gram gula merah (sisir)

Langkah Membuat

1.Masak lebih dulu beras putih dengan santan 1 ltr, daun pandan, daun salam, dan garam.
2.Aduk-aduk sampai bubur mengental.
3.Masukan santan kental dan masak sesaat.
4.Selanjutnya angkat dan pinggirkan dulu.
5.Untuk bubur jadi dua sisi.
6.Salah satunya sisi bubur bisa diolah lagi dengan menambah gula merah yang sudah disisir sebelumnya.
7.Aduk-aduk sampai gula merah rata.
8.Angkat dan pinggirkan.
9.Persiapkan tempat untuk penyuguhan jenang sengkolo.
10.Tuangkan bubur merah seperti keinginan.
11.Beri pada bagian atasnya bubur putih seperlunya.
12.Jenang sengkolo siap agar dihidangkan.

Tersebut barusan ulasan berkenaan jenang sengkolo yang sama dengan adat Suroan atau malam satu suro. Mudah-mudahan informasi ini menolong.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *